Full Day School: Investasi atau Beban bagi Kualitas Pendidikan?
Kebijakan Full Day School (FDS) telah menjadi salah satu inovasi penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Dengan memperpanjang durasi belajar di sekolah, FDS bertujuan untuk memberikan waktu lebih banyak bagi siswa untuk mendalami materi, mengembangkan keterampilan non-akademik, dan membentuk karakter secara holistik.
Di satu sisi, FDS berpotensi meningkatkan kualitas pendidikan. Waktu belajar yang lebih panjang memungkinkan eksplorasi materi yang lebih mendalam, mengurangi beban pekerjaan rumah, serta memberikan ruang lebih besar untuk kegiatan ekstrakurikuler, pembinaan karakter, dan pengembangan minat bakat siswa. Ini sejalan dengan visi pendidikan yang tidak hanya berfokus pada kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik.
Namun, dampak FDS tidak selalu positif jika implementasinya kurang matang. Durasi belajar yang terlalu panjang tanpa variasi metode dapat menyebabkan kejenuhan, kelelahan, dan stres pada siswa. Hal ini berpotensi mengurangi minat belajar, menghambat kreativitas, dan membatasi waktu interaksi sosial di luar sekolah atau dengan keluarga. Bagi guru, FDS juga menuntut adaptasi kurikulum, metode pengajaran yang inovatif, serta manajemen energi yang lebih baik agar tidak mengalami burnout.
Kesimpulannya, kebijakan Full Day School adalah pedang bermata dua. Potensinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan holistik sangat besar, namun tantangan berupa kejenuhan siswa dan beban guru juga nyata. Kunci keberhasilan FDS terletak pada strategi implementasi yang cerdas: kurikulum yang fleksibel dan bervariasi, metode pengajaran yang interaktif, fasilitas pendukung yang memadai, serta keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik. Tanpa perencanaan yang matang, FDS justru dapat membebani dan menurunkan motivasi belajar siswa, bukannya meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
