Desa Terkoneksi: Mengukur Langkah Program Internet Desa dalam Meratakan Informasi
Program Internet Desa digulirkan sebagai jembatan digital vital untuk mengurangi kesenjangan informasi antara perkotaan dan pelosok negeri. Tujuannya mulia: memastikan setiap warga, di mana pun berada, memiliki akses setara terhadap pengetahuan, peluang, dan layanan publik yang kini banyak bertransformasi ke ranah digital. Namun, seberapa efektifkah program ini dalam mewujudkan pemerataan akses informasi?
Secara kasat mata, keberadaan titik akses internet di desa telah membawa angin segar. Masyarakat kini lebih mudah mengakses berita, informasi kesehatan, pertanian, hingga hiburan. Para pelajar dapat mencari referensi belajar, pelaku UMKM berpotensi memasarkan produknya lebih luas, dan warga dapat berkomunikasi lebih cepat dengan sanak saudara. Ini adalah langkah awal yang signifikan dalam memecah isolasi geografis.
Meski demikian, evaluasi mendalam menunjukkan bahwa pemerataan akses informasi bukan sekadar menyediakan konektivitas. Tantangan besar masih membentang, mulai dari kualitas sinyal yang belum merata, kecepatan internet yang sering tidak stabil, hingga ketersediaan listrik yang memadai di beberapa wilayah terpencil. Lebih dari itu, isu literasi digital menjadi krusial. Banyak warga yang, meskipun memiliki akses, belum sepenuhnya mampu memanfaatkan internet secara produktif untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Mereka mungkin hanya menggunakan untuk media sosial atau hiburan, bukan untuk mengakses informasi edukatif atau ekonomi.
Keberlanjutan program juga menjadi sorotan. Biaya operasional dan pemeliharaan perangkat seringkali menjadi beban bagi desa atau kelompok masyarakat setelah masa dukungan awal berakhir. Tanpa model bisnis atau dukungan berkelanjutan, banyak titik akses yang akhirnya tidak terawat dan mati suri.
Oleh karena itu, evaluasi program Internet Desa harus melampaui statistik jumlah desa yang terhubung. Perlu diukur dampak riilnya terhadap peningkatan literasi digital, pertumbuhan ekonomi lokal, akses layanan publik, dan bahkan perubahan pola pikir masyarakat. Ke depan, program ini harus diperkuat dengan pendekatan holistik: tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memberdayakan sumber daya manusia lokal, menyelenggarakan pelatihan literasi digital berkelanjutan, serta menciptakan model keberlanjutan yang inovatif. Hanya dengan begitu, Internet Desa benar-benar menjadi katalis pemerataan akses informasi, bukan sekadar infrastruktur yang belum termanfaatkan optimal.