Kota Mandek, Hidup Terjebak: Mobilitas sebagai Krisis Urban
Kota modern identik dengan dinamika, namun di balik itu tersimpan tantangan besar: pergerakan berkepanjangan. Ini bukan sekadar macet, tapi masalah fundamental yang membelenggu produktivitas dan kualitas hidup di perkotaan.
Kemacetan lalu lintas, yang sering dianggap rutinitas, sejatinya adalah manifestasi dari pertumbuhan populasi, urbanisasi pesat, dan ketergantungan pada kendaraan pribadi. Dampaknya nyata: waktu terbuang percuma, stres meningkat, produktivitas menurun, dan polusi udara kian memburuk, mengancam kesehatan publik.
Lebih dari itu, mobilitas yang tersendat menghambat roda ekonomi, mengurangi daya saing kota, dan menciptakan kesenjangan akses bagi warganya. Kota yang seharusnya menjadi pusat inovasi dan efisiensi, justru menjadi labirin yang melelahkan.
Menyelesaikan masalah pergerakan berkepanjangan bukan hanya tentang membangun jalan baru, melainkan reformasi menyeluruh. Membutuhkan transportasi publik yang inklusif, perencanaan tata kota yang cerdas, infrastruktur ramah pejalan kaki/sepeda, dan adaptasi teknologi. Hanya dengan pendekatan terpadu, kota-kota kita bisa kembali bergerak bebas, bukan sekadar stagnan.