Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang digelar di Seoul, Korea Selatan. Kehadiran Prabowo di forum ekonomi terbesar kawasan Asia-Pasifik ini menjadi sorotan, mengingat momen tersebut menjadi salah satu langkah strategis Indonesia dalam memperkuat diplomasi dan kerja sama regional menjelang transisi kepemimpinan nasional.
KTT APEC 2025: Fokus pada Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi Regional
KTT APEC tahun ini mengangkat tema “Sustainable Growth and Regional Resilience in the New Global Era” yang berfokus pada penguatan rantai pasok, transformasi digital, dan kerja sama ekonomi berkelanjutan pascapandemi. Para pemimpin dari 21 negara anggota APEC, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, Australia, dan Indonesia, hadir untuk membahas arah kebijakan ekonomi kawasan di tengah dinamika geopolitik global.
Dalam sesi utama, Prabowo menekankan pentingnya kerja sama lintas negara untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Asia-Pasifik. Menurutnya, Indonesia berkomitmen menjadi mitra strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, transisi energi hijau, serta kolaborasi teknologi digital antarnegara.
“Indonesia melihat kawasan Asia-Pasifik sebagai pusat pertumbuhan dunia. Melalui APEC, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan pembangunan ekonomi berjalan seimbang, adil, dan berkelanjutan,” ujar Prabowo dalam pidatonya.
Diplomasi Ekonomi dan Keamanan Jadi Agenda Utama
Selain menghadiri pertemuan utama, Prabowo juga mengadakan serangkaian pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara. Salah satu yang menjadi perhatian adalah pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, di mana keduanya membahas kerja sama industri pertahanan, investasi teknologi, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Hubungan Indonesia dan Korea Selatan sendiri semakin erat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di sektor teknologi dan militer. Prabowo menilai kemitraan strategis ini penting untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dan keamanan di kawasan.
“Kemitraan dengan Korea Selatan menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama berbasis inovasi dan pembangunan industri nasional,” jelasnya.
Selain Korea Selatan, Prabowo juga dijadwalkan bertemu dengan delegasi dari Jepang, Australia, dan Vietnam untuk membahas peningkatan perdagangan, investasi, serta ketahanan pangan dan energi.
Langkah Strategis Menuju Era Kepemimpinan Baru
Kehadiran Prabowo di APEC 2025 juga dinilai sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia akan melanjutkan diplomasi aktif di kawasan. Dengan visi Indonesia Emas 2045, Prabowo disebut ingin memastikan kebijakan luar negeri Indonesia tetap berorientasi pada perdamaian, kemakmuran, dan kemandirian nasional.
Pengamat hubungan internasional menilai langkah ini sebagai bentuk kontinuitas diplomasi ekonomi yang telah dibangun selama pemerintahan sebelumnya. Partisipasi aktif dalam forum APEC memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperluas jejaring investasi, memperkuat posisi ekspor, dan mendorong inovasi lintas sektor.
Meneguhkan Peran Indonesia di Asia-Pasifik
APEC menjadi forum penting bagi Indonesia untuk meneguhkan perannya sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Melalui kehadiran Prabowo, Indonesia berupaya menunjukkan bahwa transisi politik dalam negeri tidak menghambat komitmen terhadap kerja sama internasional.
Kehadiran ini juga mencerminkan strategi diplomasi luar negeri Indonesia yang seimbang—tidak hanya fokus pada kekuatan ekonomi besar seperti China dan AS, tetapi juga mempererat hubungan dengan negara mitra regional seperti Korea Selatan, Jepang, dan Australia.
Dengan membawa semangat “Kolaborasi untuk Kemajuan Bersama”, Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia siap menjadi kekuatan penyeimbang di Asia-Pasifik, mengedepankan dialog, pembangunan berkelanjutan, serta kerja sama yang saling menguntungkan antarnegara.
Melalui langkah diplomasi ini, Indonesia semakin memperkuat posisinya bukan hanya sebagai pemain ekonomi utama, tetapi juga sebagai jembatan perdamaian dan stabilitas di kawasan yang strategis bagi masa depan dunia.


