Kata Pengantar
Halo, selamat datang di hulala.co.id. Artikel ini akan membahas tentang Sholawat Wahidiyyah menurut Nahdlatul Ulama (NU). Sholawat yang kontroversial ini telah menjadi perbincangan hangat di kalangan umat Islam. Dalam artikel ini, kami akan mengulas sejarah, kelebihan, kekurangan, dan pandangan NU terhadap Sholawat Wahidiyyah secara mendalam.
Pendahuluan
Sholawat Wahidiyyah adalah sebuah shalawat yang banyak diperdebatkan. Sebagian ulama menganggapnya bid’ah, sementara sebagian lain membolehkannya. Perdebatan ini bermula dari bait-bait tertentu dalam Sholawat Wahidiyyah yang dianggap berlebihan dalam memuji Nabi Muhammad SAW. Namun, di kalangan masyarakat Nahdliyin (NU), Sholawat Wahidiyyah cukup populer dan diamalkan secara luas.
NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki pandangan tersendiri terhadap Sholawat Wahidiyyah. Pendapat NU tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang dianutnya. Dalam artikel ini, kita akan mengulas pandangan NU terhadap Sholawat Wahidiyyah secara objektif dan komprehensif.
Sejarah Singkat Sholawat Wahidiyyah
Sholawat Wahidiyyah diciptakan oleh Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas pada abad ke-19 di Hadhramaut, Yaman. Shalawat ini awalnya dikenal sebagai Sholawat al-Ahmar karena ditulis dengan tinta merah. Kemudian, karena dipopulerkan oleh Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, shalawat ini dikenal sebagai Sholawat Wahidiyyah.
Sholawat Wahidiyyah mulai masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 bersamaan dengan masuknya para Habaib dari Hadhramaut. Shalawat ini kemudian menyebar luas di kalangan masyarakat pesantren dan Nahdliyin. Hingga kini, Sholawat Wahidiyyah masih diamalkan secara rutin di berbagai majelis dan pengajian di Indonesia.
Kelebihan Sholawat Wahidiyyah
Para pendukung Sholawat Wahidiyyah menyebutkan beberapa kelebihan dari shalawat ini, antara lain:
1. Menambah Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW
Sholawat Wahidiyyah mengandung syair-syair yang mengungkapkan cinta dan penghormatan yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan mengamalkan shalawat ini, diharapkan kecintaan umat Islam kepada Nabi akan semakin bertambah.
2. Mendapat Syafaat Nabi Muhammad SAW
Diyakini bahwa orang yang rajin membaca Sholawat Wahidiyyah akan mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW di hari akhir. Syafaat Nabi sangat penting bagi umat Islam, karena dapat membantu meringankan dosa dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
3. Menolak Gangguan Syetan
Beberapa ulama berpendapat bahwa membaca Sholawat Wahidiyyah dapat menolak gangguan syetan. Kekuatan shalawat Nabi dipercaya dapat melindungi umat Islam dari godaan dan pengaruh buruk syetan.
4. Mendapat Berkah dan Rezeki
Amalan Sholawat Wahidiyyah juga dipercaya dapat mendatangkan berkah dan rezeki bagi yang mengamalkannya. Berkah dan rezeki yang dimaksud tidak hanya bersifat materi, tetapi juga berupa ketenangan hati, kesehatan, dan kemudahan dalam urusan.
5. Menambah Pahala dan Derajat
Setiap ibadah yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Mengamalkan Sholawat Wahidiyyah juga merupakan sebuah ibadah yang bernilai pahala dan dapat meningkatkan derajat di sisi Allah.
Kekurangan Sholawat Wahidiyyah
Di samping kelebihannya, Sholawat Wahidiyyah juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1. Menimbulkan Kontroversi
Bait-bait tertentu dalam Sholawat Wahidiyyah dianggap berlebihan dalam memuji Nabi Muhammad SAW. Hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan umat Islam, karena sebagian ulama menganggapnya sebagai bid’ah.
2. Mengarah pada Penyerupaan dengan Tuhan
Beberapa bagian dalam Sholawat Wahidiyyah yang memuji Nabi Muhammad SAW secara berlebihan dapat mengarah pada penyerupaan dengan Tuhan. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang mengasosiasikan siapa pun dengan Allah SWT.
3. Mengabaikan Sunnah Nabi Muhammad SAW
Ada beberapa doa dan amalan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam bershalawat. Mengamalkan Sholawat Wahidiyyah yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi dapat dianggap sebagai bid’ah atau perbuatan yang tidak disyariatkan.
4. Menimbulkan Fanatisme Buta
Pengamalan Sholawat Wahidiyyah yang berlebihan dapat menimbulkan fanatisme buta. Hal ini dapat menyebabkan umat Islam menjadi eksklusif dan tidak toleran terhadap perbedaan pendapat.
5. Mengabaikan Ibadah Penting Lainnya
Fokus yang berlebihan pada Sholawat Wahidiyyah dapat menyebabkan pengabaian ibadah penting lainnya, seperti shalat, puasa, dan zakat. Padahal, ibadah-ibadah tersebut merupakan rukun Islam yang wajib dijalankan.
Pandangan NU terhadap Sholawat Wahidiyyah
NU sebagai organisasi Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) memiliki pandangan tersendiri terhadap Sholawat Wahidiyyah. Pandangan NU tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang dianutnya, yaitu:
1. Menghormati Perbedaan Pendapat
NU menghormati perbedaan pendapat di kalangan umat Islam. NU tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain, termasuk dalam hal Sholawat Wahidiyyah. Umat Islam diperbolehkan mengamalkan shalawat ini selama tidak melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam.
2. Mengutamakan Sunnah Nabi Muhammad SAW
NU selalu mengutamakan sunnah Nabi Muhammad SAW dalam segala aspek ibadah. Shalawat Wahidiyyah yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi tidak dianjurkan untuk diamalkan. NU lebih menekankan pada amalan shalawat yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Menghargai Budaya Lokal
NU menghargai budaya lokal, termasuk tradisi mengamalkan Sholawat Wahidiyyah di kalangan masyarakat. Namun, NU mengingatkan bahwa tradisi tersebut tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. NU mendorong pengamalan Sholawat Wahidiyyah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
4. Menolak Fanatisme Buta
NU menolak segala bentuk fanatisme buta, termasuk dalam hal mengamalkan Sholawat Wahidiyyah. NU menganjurkan pengamalan Sholawat Wahidiyyah secara moderat dan tidak berlebihan. NU juga mendorong umat Islam untuk mengamalkan ibadah lainnya secara seimbang.
5. Meluruskan Penyimpangan
NU memiliki kewajiban untuk meluruskan penyimpangan yang terjadi dalam amalan keagamaan. Jika terdapat penyimpangan dalam pengamalan Sholawat Wahidiyyah, NU akan memberikan bimbingan dan arahan kepada umat Islam. NU berusaha menjaga agar ajaran Islam tetap sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.
Kesimpulan
Sholawat Wahidiyyah merupakan shalawat yang cukup kontroversial di kalangan umat Islam. NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki pandangan tersendiri terhadap shalawat ini. NU menghormati perbedaan pendapat, tetapi tetap mengutamakan sunnah Nabi Muhammad SAW dan menolak segala bentuk bid’ah dan penyimpangan.
Pandangan NU terhadap Sholawat Wahidiyyah didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang dianutnya. NU mendorong pengamalan Sholawat Wahidiyyah yang sesuai dengan sunnah Nabi dan tidak berlebihan. NU juga menekankan pentingnya menghindari fanatisme buta dan mengamalkan ibadah secara seimbang.
Dengan memahami pandangan NU terhadap Sholawat Wahidiyyah, umat Islam diharapkan dapat mengamalkan shalawat ini dengan benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Pengamalan Sholawat Wahidiyyah yang moderat dan tidak menyimpang akan membawa manfaat bagi umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat.
Kata Penutup
Demikian ulasan tentang Sholawat Wahidiyyah menurut NU. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan pemahaman umat Islam tentang shalawat ini. Sebagai penutup, perlu diingat bahwa perbedaan pendapat dalam masalah agama adalah hal yang wajar. Mari kita saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Islam mengajarkan toleransi dan persatuan. Umat Islam hendaknya berfokus pada persamaan dan nilai-nilai bersama yang dimiliki, bukan pada perbedaan. Dengan saling menghargai dan menghormati, umat Islam dapat membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
FAQ
1. Apa itu Sholawat Wahidiyyah?
Sholawat Wahidiyyah adalah sebuah shalawat yang diciptakan oleh Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas pada abad ke-19 di Hadhramaut, Yaman.
2. Apa kelebihan Sholawat Wahidiyyah?
Kelebihan Sholawat